Home » » Bagaimana Niat Wudlu dan Mandi Besar ( mandi Junub )

Bagaimana Niat Wudlu dan Mandi Besar ( mandi Junub )

Posted by Lentera Hati Manusia adalah Qolbu on Minggu, 22 Mei 2011

Fiqih Keseharian seri ke-24
Oleh KH. A. Mustofa Bisri
 
Tanya:
Saya mohon dengan hormat untuk bisa memperoleh penjelasan beberapa  masalah berikut:
  1. Apakah niat wudlu diucapkan ketika kita membasuh kedua telapak tangan atau diucapkan ketika membasuh muka? Apakah sah wudlu sambil makan atau berbicara?
  2. Setelah melakukan hubungan intim, apakah wajib bagi muslim untuh membersihkan diri? (mandi keramas)
Atas perkenan Bapak, saya mengucapkan banyak terima kasih.
 
Ny. Wida Susetyo
 
Jawab:
  1. Niat itu sebenarnya adalah pekerjaan hati. Kalau mulut kita mengucapkan nawaitu itu hanyalah sekedar membantu hati kita untuk tergerak untuk berniat. Niat atau krentek (tergeraknya hati) Anda untuk berwudlu, bisa Anda lakukan bersamaan dengan saat Anda mulai membasuh muka. Berwudlu sambil berbicara, menurut ulama fikih hukumnya makruh. Tapi berwudulu sambil makan, wah, membayangkan saja saya kok sulit.
  2. Ya terang dong, wajib mandi keramas. Mandi Jinabah namanya. (Lebih lanjut, ikuti pula Fiqih Keseharian selanjutnya dengan judul "Senggolan Istri Membatalkan Wudlu dan Kumpul Menggunakan Kondom Wajib Mandi" dalam Pesantren Virtual ini).
Wallaahu A'lam.
 
Tanya:
Saya menanyakan mengenai:
 
Bagaimanakah pengertiannya mengusap wajah sambil niat wudlu, padahal gerakan wudlu dilakukan tiga kali. Apakah niatnya juga dilakukan tiga kali, apabila tidak usapan muka pertama, kedua atau ketiga yang dibarengi niat? Begitu juga niat untuk menghilangkan hadas besar (janabah, nifas, haid, dan sebagainya). Tolong dijelaskan.
 
Terima kasih atas jawabannya, semoga bisa menambahkan ilmu agama kita yang membacanya. Amin.
 
Hudoyo
Purwodadi
 
Jawab:
Niat itu krenteknya di hati. Sedangkan yang biasa dilakukan dengan "nawaitu..." itu hakikatnya hanyalah untuk membantu agar kita krentek di hati. Mungkin ada orang yang tanpa bantuan lisan yang mengucapkan "nawaitu.." sudah bisa mengkrentekkan hatinya melakukan ibadah-ibadah yang rutin ia lakukan, tapi memang kebanyakan orang kan sudah dibantu lisan pun, hatinya tidak bergeming. Seperti memakai sandal lawas (usang) saja, sudah dipakai niat atau krentek memakai sandal untuk bergaya atau apa.
 
Nah, apa yang Anda tanyakan (mengusap wajah sambil niat wudlu), kaitannya adalah dengan niat yang krentek hati itu. Yang membedakan, misalnya orang raup (membasuh muka) dan orang yang berwudlu atau orang salat dan orang yang olah raga dengan sikap-sikap salat, adalah niat atau krentek hatinya. Dengan itulah ibadah sah menjadi ibadah. Seperti hadis Nabi Saw.:
 
INNAMAL 'AMALU BINNIYAT
"Sesungguhnya hanya dengan niatlah amal-amal itu sah" (HR Muttafaq 'alaih dari Umar ibn al-Khathab r.a.)
 
Maka setiap kali kita akan melakukan ibadah, kita berusaha mengiringi amalan ibadah yang kita kerjakan, minimal di awal-awalnya, dengan niat. Krentek hati: kita akan dan sedang apa, untuk apa. Gampangnya, pokoknya kita sadarlah, kalau mengerjakan salat misalnya, ya sadar bermaksud dan sedang beribadah salat.
 
Adapun soal pengulangan tiga kali ketika, misalnya, membauh muka dalam wudlu, itu kan kesunnahan, meniru laku Rasulullah Saw. Soal krenteknya kan bisa mengikuti terus. Masak --tidak umum kan-- krentek kok pakai dihitung tiga kali segala.
 
Wallaahu A'lam.


0 comments:

Posting Komentar

.comment-content a {display: none;}