Home » » KISAH RASULULLAH صلى الله عليه وسلم Bagian 2 Nenek Moyang Nabi Muhammad

KISAH RASULULLAH صلى الله عليه وسلم Bagian 2 Nenek Moyang Nabi Muhammad

Posted by Lentera Hati Manusia adalah Qolbu on Jumat, 15 Mei 2020

Nenek Moyang Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم

Nenek Moyang Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم

Nenek Moyang Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم

Salah seorang nenek moyang Nabi Muhammad bernama Hasyim bin Abdul Manaf. Ia adalah
pemuka masyarakat dan orang yang berkecukupan. Masyarakat Mekah mematuhi dan menghormatinya.
 

"Wahai penduduk Mekah, aku membagi perjalanan kalian menurut musim. Jika musim
dingin tiba, pergilah berdagang ke Yaman yang hangat. Jika musim panas, giliran kalian pergi
ke Syam yang sejuk!" demikian keputusan Hasyim.
 

Hasyim tambah disayangi penduduk Mekah karena pada suatu musim kemarau yang
mencekam, ia pernah membawa persediaan makanan dari tempat yang jauh. Padahal, saat
itu makanan amat sulit didapat.
 

"Terima kasih, wahai Hasyim! Engkau menolong kami dengan pemberian makanan ini!" seru
penduduk Mekah.
 

Di bawah kepemimpinan Hasyim, Mekah berkembang menjadi pusat perdagangan yang
makmur. Pasar-pasar didirikan sebagai tempat berniaga kafilah-kafilah dagang yang datang
dan pergi silih berganti, baik pada musim panas maupun pada musim dingin. Demikian
pandainya penduduk Mekah berdagang, sampai-sampai tidak ada pihak lain yang mampu
menyaingi mereka.
 

Akan tetapi, di samping kemajuan yang besar itu, masyarakat Arab juga mengalami
kemunduran luar biasa. Itulah sebabnya mereka dijuluki masyarakat jahiliah alias
masyarakat yang diliputi kebodohan. Itulah juga sebabnya sampai Allah mengutus rasul
terakhir-Nya di tempat ini.
 

Pembagian Urusan

Beberapa jabatan pemerintahan di Mekah di antaranya:Hijabah : Pemegang kunci Ka'bah,Siqayah : Penyedia air dan makanan buat para peziarah,Rifadah : Mengatur pembagian dana dari orang kaya untuk fakir miskin,Qiyadah : Mengatur urusan peperangan. 

Percaya Takhayul

"Oh, tidak! Burung itu terbang ke kiri! Aku pasti akan tertimpa sial!" umpat seseorang, orang
itu kebetulan melihat seekor burung yang terbang di atas kepalanya berbelok ke arah kiri.
Sepanjang hari itu, dia jadi murung karena yakin bahwa dia bernasib sial walaupun belum
tahu kesialan macam apa yang akan menimpanya.
Orang-orang Arab pada masa jahiliyah amat percaya pada takhayul. Contohnya, mereka
percaya jika burung yang mereka lihat terbang ke kiri, nasib sial akan menimpa mereka.


Sebaliknya jika burung kebetulan terbang ke kanan, nasib baik akan datang. Kepercayaan
semacam ini disebut At Tathayyur
 

Selain itu, mereka percaya bahwa jika seseorang mati, rohnya akan menjadi burung. Mereka
juga percaya bahwa di dalam perut manusia ada ular. Ular inilah yang menggigit di dalam
perut sehingga orang merasa lapar.
 

"Lihat cincin tembagaku ini", kata seorang kepada temannya dengan bangga, "Cincin ini
adalah pemberian seorang dukun kepadaku. Tidak sia sia aku memberinya uang banyak agar
membuatkan cincin ini. Jangan coba-coba menantangku berkelahi sekarang. Berkat cincin
ini, aku merasa jauh lebih kuat!".
 

Masih banyak kebodohan serupa yang mereka perlihatkan. Mereka juga amat taat
menyembah berhala-berhala berbentuk patung. Jika mereka meminta pertolongan kepada
berhala, tidak segan-segan mereka mengorbankan binatang ternak dan mengoleskan
darahnya di tubuh berhala. Bahkan mereka terkadang sampai hati mengorbankan anakanaknya sendiri demi mengharap keridhaan berhala.
 

Selain melakukan kebodohan-kebodohan itu, mereka masih melakukan banyak sekali hal hal
yang merusak.
 

Awal Mula Penyembahan Berhala.

Awal mula penyembahan berhala di Mekkah, ketika seorang bernama Amar bin Luhay
membawa berhala besar bernama Hubal yang dibelinya dari daerah Syam. Di Mekkah,
berhala Hubal ditaruh di Ka'bah dan disuruhnya orang orang datang menyembahnya.
Menjelang menaklukkan Mekkah oleh Nabi Muhammad saw. Ka'bah dipenuhi oleh tiga
ratus enam puluh berhala yang terbuat dari batu, kayu, perak, bahkan emas.
 

Gemar Mabuk dan Berjudi.

Bangsa Arab pada masa itu sangat gemar meminum arak. Hampir semua orang adalah
peminum kecuali beberapa saja yang tidak.
Para pelayan datang membawakan baki dan botol-botol minuman. Orang orang datang
berkumpul sambil tertawa.
Para penari datang disambut tepukan dan sorak sorai. Ketika minuman mulai membuat
mereka mabuk, seseorang kembali berseru, "Bawakan alat alat judi kemari!"
 

Orang pun membawakan alat-alat judi berupa bilah-bilah kayu dan sebuah kantung kulit.
Beberapa ekor unta dipotong, yang kalah berjudi harus membayar unta-unta tersebut.
Selain berjudi dengan memotong unta, mereka juga berjudi dengan bermacam macam cara.
 

Demikianlah minum sambil berjudi adalah kebiasaan yang amat digemari oleh bangsa Arab
saat itu. Bahkan, setelah Nabi Muhammad SAW mengajarkan Islam, masih banyak pemeluk
baru agama Islam yang masih suka meminum arak sampai turunlah perintah Allah yang
berangsur-angsur mengharamkan orang meminum minuman keras.


Barm.

Judi memotong unta adalah judi yang paling digemari orang Arab Jahiliyah. Bilah-bilah kayu
dikocok dalam kantung dan dibagikan. Orang yang mendapat undi kosong dinyatakan kalah
dan harus membayar unta yang dipotong. Daging unta kemudian dibagikan kepada fakir
miskin. Orang yang tidak suka berjudi semacam ini dipandang sebagai seorang kikir, yang
biasa disebut barm
 

Bersambung Bagian 3


0 comments:

Posting Komentar

.comment-content a {display: none;}